Dear diriku,
Telah berapa lama jalan ini kau tempuh, mungkin tak lagi kau ingat. Telah berapa hari yang kau lalui dengan diam di dalam hati, mungkin tak terhitung lagi. Tapi kau selalu yakin, apa yang akan Tuhan sampaikan di akhir hidupmu nanti, adalah kabar gembira. Mungkin sepucuk surat cinta, yang akan mengantarkanmu ke surga.
Dear diriku,
Aku tau, kau tak ingin beranjak kemana pun, kau suka Jakarta, melebihi rasa cintamu pada kenangan yang pernah ada di sana. Semua yang akan kau tinggalkan, tentu tidak untuk kau lupakan, mungkin kau hanya khawatir mereka lupa untuk tidak mengingatmu. Mungkin kau hanya takut, kelak tak lagi disambut.
Dear diriku,
Tentu saja, bahagia bisa datang dari siapa pun, dari mana pun dan kapan pun. Jika tidak di sini dan saat ini, mungkin akan di sana dan besok atau lusa. Kau bahkan pernah menuliskannya di salah satu tulisanmu. Meyakininya? Ternyata tak semudah itu, dan melaluinya? Entah lah.
Mungkin menggerutu kadang perlu, untuk meyakinkanmu bahwa kau masih manusia, kau masih hidup, dan hidup masih menghidupimu.
Dear diriku,
Mungkin kau hanya perlu yakin saja. Yap, yakin saja. Sehingga pada akhirnya Tuhan pun yakin, untuk memberimu kebahagiaan.
Dear diriku,
Tentu kamu akan sangat merindukan yang paling layak untuk dirindukan. Para sahabat, keluarga, gedung-gedung tinggi jakarta, kemacetan, juga hal-hal membahagiakan dan menyakitkan yang pernah dititipkan Tuhan di kota 24jam itu. Yang menjadikanmu; kamu saat ini.
Semoga TUHAN, menjaga dan selalu terjaga untuk mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar